Pada Juli 1976, Legiun Amerika mengadakan konvensi empat hari di
Philadelphia. Sebelum acara tersebut berakhir, para peserta mulai jatuh sakit
dengan gejala-gejala demam, sakit otot, dan pneumonia. Hingga awal Agustus ,
150 kasus penyakit ini dan 20 korban jiwa telah dilaporkan departemen kesehatan
Pennsylvania, dan CDC telah dipanggil untuk menolong mencari sebab epidemi ini.
Penyelidikan ini menemukan bahwa tempat ekspos penyakit ini kemungkianan adalah
Hotel Bellevue-Stratford, satu dari 4 hotel di Philadelphia dimana konvensi
diadakan. Kasus terjadi pada orang-orang yang berada dekat, bukan didalam
hotel, yang bisa disimpulkan berarti ekspos terjadi di jalanan sekitar hotel,
dan bukti-bukti menunjukkan bahwa penyebabnya lewat udara, tetapi tidak
menyebar secara perorangan pada keluarga pasien.
Pada bulan Januari tahun berikutnya barulah ditemukan bakteria penyebab
penyakit yang pada saat itu sudah disebut penyakit Legiuner oleh para ahli
biomedis. Bakteria ini ditemukan pada air para menara pendingin yang digunakan
oleh pendingin udara. Bakteri Legionella kemudian dipompakan pada udara dingin
dari pendingin dan dihirup oleh para korban.
Ketika bakteria Legionella sudah diidentifikasi, ditemukan bahwa bakteri
ini juga menjadi penyebab sejunlah epidemi pneumonia di Amerika Serikat.
Bakteri ini juga ditemukan dalam darah dan serat jaringan yang disimpan dari
korban epidemi yang tak teridentifikasi di rumah sakit jiwa St.Elizabeth pada
tahun 1965. Bisa dipastian bahwa penyakit Legiuner telah ada sejak lama tetapi
tak pernah dikenali setidaknya sejak penemuan pendingin udara. Standarisasi
pemasangan dan perawatan pendingin udara diubah semenjak epidemi Philadelphia.
Legionellosis kini adalah penyakit yang dapat dikenali.
Sindrom Eosinophilia-Myalgia
Walaupun agen penyebaran biasanya menjadi dugaan dalam semua jenis
epidemi penyakit baru, epidemiologis juga harus mempertimbangkan ekspos dari
bahan kimia sebagai penyebab alternatif. Seperti kasus epidemi di New Mexico
pada Oktober 1989 yang membingungkan kalangan medis. Penyakit yang akhirnya
disebut Eosonophilia-Myalgia ini ternyata disebabkan oleh suplemen makanan yang
disebut L-tryptophan.
Epidemiologi Dan Penyebab Penyakit Kronis
Epidemiologi telah memiliki peran yang berbeda-beda dalam menyelidiki
penyebab dari penyakit-penyakit yang umum pada usia lanjut, seperti kanker dan
penyakit jantung, yang cukup berbeda dari penyakit menular dan keracunan yang
akut. Hingga abad keduapuluh, penyakit-penyakit ini dianggap sebagai bagian alami
dari penuaan, dan tak ada yang pernah mencari tahu penyebabnya atau cara
pencegahannya.
Penyakit-penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit-penyakit
penuaan lain tidak memiliki penyebab yang jelas. Mereka berkembang dalam kurun
waktu tertentu, seringkali kronis dan melumpuhkan tetapi tidak serta-merta
mematikan, dan tak dapat dicegah atau diobati oleh vaksin apapun. Yang bisa
dilakukan adalah mencegah dan menunda kemunculannya, yang membutuhkan pemahaman
akan penyebabnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya.
Epidemiologi telah memberikan sumbangan besar dalam pemahaman penyebab dan
pencegahan penyakit-penyakit ini dan akan terus berusaha mendapatkan informasi
bagaimana masyarakat dapat melindungi diri mereka dari penyakit-penyakit ini.
Studi epidemiologi penyakit-penyakit kronis ini lebih rumit daripada
epidemi akut dari penyakit menular atau kontaminasi racun. Kecuali hubungan
jelas antara merokok dan kanker paru-paru, sebagian besar penyakit kronis tidak
dapat dihubungkan dengan sebab tertentu. Epidemiologi telah mengembangkan
sejumlah metode studi penyakit kronis untuk mencoba memahami penyebab-penyebab
penyakit jantung dan kanker.
Penyakit Jantung
Sejak 1920an, penyakit jantung telah menjadi penyebab kematian utama di
Amerika Serikat baik untuk pria dan wanita. Pada 1958, Framingham Heart Study
telah mempelajari banyak hal tentang mengenali mana subyek mereka yang memilki
kemungkinan besar menderita penyakit jantung. Studi ini mengidentifikasi tiga
faktor utama : tekanan darah tinggi, kolesterol darah yang tinggi, dan rokok.
Kanker Paru-Paru
Studi epidemiologi mencari penyebab kanker segera setelah Framingham
Study. Bagaimanapun, studi dari sebagian besar jenis kanker memiliki tingkat
keberhasilan yang lebih sedikit sukses daripada studi penyakit jantung ;
epidemiologis memiliki bukti kuat yang sedikit tentang penyebabnya dan faktor
resikonya. Tetapi semenjak studi penelitian yang dimulai sejak 1950an telah
ditemukan bukti-bukti resmi yang menemukan hubungan antara kanker paru-paru dan
merokok tembakau. Studi yang dilakukan di Amerika oleh E. Cuyler Hammond dan
Daniel Horn mengesahkan beberapa hal. Pertama, perokok tembakau memiliki resiko
meninggal akibat kanker paru-paru sepuluh kali lebih tinggi dari yang bukan
perokok. Kedua, perokok sigaret memiliki resiko meninggal akibat kanker bibir,
lidah, mulut, pharynx, larynx, dan esofagus daripada bukan perokok. Beberapa
jenis kanker yang lain juga umum terdapat pada bukan perokok. Ketiga, perokok
berat (dua bungkus rokok sehari atau lebih) memiliki resiko untuk meninggal
karena penyakit jantung 2,4 kali lebih tinggi daripada yang bukan perokok.
Kesimpulan
Epidemiologi adalah komponen yang penting dalam mengetahui fungsi unit
kesehatan masyarakat. Epidemiologis menyelidiki epidemi dari penyakit dikenal
dan tak dikenal dengan menghitung jumlah kasus dan bagaimana mereka menyebar
oleh orang, tempat, dan waktu. Dengan menggunakan informasi ini, mereka
seringkali dapat menemukan penyebab yang mungkin dari sebuah penyakit baru atau
penyebab sebuah epidemi dari penyakit yang awalnya terkendalikan.
Sebuah pencapaian awal dari epidemiologi adalah dikenalkannya fakta pada
abad ke-19 bahwa kolera disebarkan oleh air yang terpolusi. Pada 1993, sebuah
metode epidemiologi yang serupa menemukan bahwa air terpolusi telah menyebabkan
epidemi crystosporidiosis di Milwaukee. Pendekatan yang sama telah berhasil
dalam menghalangi epidemi penyakit disebabkan kontaminasi zat beracun. Metode
penyelidikan yang dilakukan departemen kesehatan lokal menyediakan garis depan
pertahanan terhadap berbagai penyakit akut. Pengawasan epidemiologi, termasuk
kewajiban melaporkan penyakit yang telah dapat dikenali, memberitahu departemen
kesehatan lokal bahwa sebuah epidemi telah timbul dalam waktu yang cukup cepat
agar ahli-ahli dapat diturunkan untuk menyelidiki dan menagmbil tindakan
pencegahan.
Epidemiologi juga menyediakan informasi tentang penyebab
penyakit-penyakit kronis. Studi formal jangka panjang tentang penyakit jantung
dan paru-paru menyediakan informasi terawal tentang faktor-faktor resiko yang
membantu perkembangan penyakit-penyakit ini. Framingham Study, yang telah
melacak masyarakat Framingham, Massachussets selama lima dekade,
mengidentifikasi tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, dan merokok
sebagai faktor resiko untuk penyakit jantung. Dua studi epidemiologi yang
dilakukan pada 1950an-satu pada kebiasaan merokok pada doker-dokter Inggris dan
studi serupa pada 188.000 pria Amerika- mengindikasikan sebuah hubungan jelas
antara merokok dan kanker paru-paru.
Peran epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab penyakit mengarah
secara langsung dan tak langsung pada pencegahan dan pengendalian. Pada
beberapa kasus, tindakan rutin oleh pemerintah pada tingkat lokal perlu untuk
menghilangkan kondisi kesehatan yang menyebabkan penyakit. Kadang-kadang hanya
dengan mempublikasikan hasil-hasil dari sebuah studi membuat masyarakat mengubah
perilaku mereka untuk menghindari faktor resiko sebuah penyakit. Sebagai
contoh, informasi yang diterbitkan pada 1950an tentang hasil dari Framingham
Study dan studi-studi tentang merokok dan kanker paru-paru memberikan
kontribusi pada menurunnya kebiasaan merokok secara signifikan di Amerika
Serikat, diikuti dengan menurunnya angka kematian baik dari penyakit jantung
maupun penyakit paru-paru sejak 1950an.
No comments:
Post a Comment