Sunday, October 9, 2011

Penyakit Legiuner


Pada Juli 1976, Legiun Amerika mengadakan konvensi empat hari di Philadelphia. Sebelum acara tersebut berakhir, para peserta mulai jatuh sakit dengan gejala-gejala demam, sakit otot, dan pneumonia. Hingga awal Agustus , 150 kasus penyakit ini dan 20 korban jiwa telah dilaporkan departemen kesehatan Pennsylvania, dan CDC telah dipanggil untuk menolong mencari sebab epidemi ini. Penyelidikan ini menemukan bahwa tempat ekspos penyakit ini kemungkianan adalah Hotel Bellevue-Stratford, satu dari 4 hotel di Philadelphia dimana konvensi diadakan. Kasus terjadi pada orang-orang yang berada dekat, bukan didalam hotel, yang bisa disimpulkan berarti ekspos terjadi di jalanan sekitar hotel, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa penyebabnya lewat udara, tetapi tidak menyebar secara perorangan pada keluarga pasien.

Pada bulan Januari tahun berikutnya barulah ditemukan bakteria penyebab penyakit yang pada saat itu sudah disebut penyakit Legiuner oleh para ahli biomedis. Bakteria ini ditemukan pada air para menara pendingin yang digunakan oleh pendingin udara. Bakteri Legionella kemudian dipompakan pada udara dingin dari pendingin dan dihirup oleh para korban.
Ketika bakteria Legionella sudah diidentifikasi, ditemukan bahwa bakteri ini juga menjadi penyebab sejunlah epidemi pneumonia di Amerika Serikat. Bakteri ini juga ditemukan dalam darah dan serat jaringan yang disimpan dari korban epidemi yang tak teridentifikasi di rumah sakit jiwa St.Elizabeth pada tahun 1965. Bisa dipastian bahwa penyakit Legiuner telah ada sejak lama tetapi tak pernah dikenali setidaknya sejak penemuan pendingin udara. Standarisasi pemasangan dan perawatan pendingin udara diubah semenjak epidemi Philadelphia. Legionellosis kini adalah penyakit yang dapat dikenali.

Sindrom Eosinophilia-Myalgia

Walaupun agen penyebaran biasanya menjadi dugaan dalam semua jenis epidemi penyakit baru, epidemiologis juga harus mempertimbangkan ekspos dari bahan kimia sebagai penyebab alternatif. Seperti kasus epidemi di New Mexico pada Oktober 1989 yang membingungkan kalangan medis. Penyakit yang akhirnya disebut Eosonophilia-Myalgia ini ternyata disebabkan oleh suplemen makanan yang disebut L-tryptophan.

Epidemiologi Dan Penyebab Penyakit Kronis

Epidemiologi telah memiliki peran yang berbeda-beda dalam menyelidiki penyebab dari penyakit-penyakit yang umum pada usia lanjut, seperti kanker dan penyakit jantung, yang cukup berbeda dari penyakit menular dan keracunan yang akut. Hingga abad keduapuluh, penyakit-penyakit ini dianggap sebagai bagian alami dari penuaan, dan tak ada yang pernah mencari tahu penyebabnya atau cara pencegahannya.
Penyakit-penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit-penyakit penuaan lain tidak memiliki penyebab yang jelas. Mereka berkembang dalam kurun waktu tertentu, seringkali kronis dan melumpuhkan tetapi tidak serta-merta mematikan, dan tak dapat dicegah atau diobati oleh vaksin apapun. Yang bisa dilakukan adalah mencegah dan menunda kemunculannya, yang membutuhkan pemahaman akan penyebabnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Epidemiologi telah memberikan sumbangan besar dalam pemahaman penyebab dan pencegahan penyakit-penyakit ini dan akan terus berusaha mendapatkan informasi bagaimana masyarakat dapat melindungi diri mereka dari penyakit-penyakit ini.
Studi epidemiologi penyakit-penyakit kronis ini lebih rumit daripada epidemi akut dari penyakit menular atau kontaminasi racun. Kecuali hubungan jelas antara merokok dan kanker paru-paru, sebagian besar penyakit kronis tidak dapat dihubungkan dengan sebab tertentu. Epidemiologi telah mengembangkan sejumlah metode studi penyakit kronis untuk mencoba memahami penyebab-penyebab penyakit jantung dan kanker.

Penyakit Jantung

Sejak 1920an, penyakit jantung telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat baik untuk pria dan wanita. Pada 1958, Framingham Heart Study telah mempelajari banyak hal tentang mengenali mana subyek mereka yang memilki kemungkinan besar menderita penyakit jantung. Studi ini mengidentifikasi tiga faktor utama : tekanan darah tinggi, kolesterol darah yang tinggi, dan rokok.

Kanker Paru-Paru

Studi epidemiologi mencari penyebab kanker segera setelah Framingham Study. Bagaimanapun, studi dari sebagian besar jenis kanker memiliki tingkat keberhasilan yang lebih sedikit sukses daripada studi penyakit jantung ; epidemiologis memiliki bukti kuat yang sedikit tentang penyebabnya dan faktor resikonya. Tetapi semenjak studi penelitian yang dimulai sejak 1950an telah ditemukan bukti-bukti resmi yang menemukan hubungan antara kanker paru-paru dan merokok tembakau. Studi yang dilakukan di Amerika oleh E. Cuyler Hammond dan Daniel Horn mengesahkan beberapa hal. Pertama, perokok tembakau memiliki resiko meninggal akibat kanker paru-paru sepuluh kali lebih tinggi dari yang bukan perokok. Kedua, perokok sigaret memiliki resiko meninggal akibat kanker bibir, lidah, mulut, pharynx, larynx, dan esofagus daripada bukan perokok. Beberapa jenis kanker yang lain juga umum terdapat pada bukan perokok. Ketiga, perokok berat (dua bungkus rokok sehari atau lebih) memiliki resiko untuk meninggal karena penyakit jantung 2,4 kali lebih tinggi daripada yang bukan perokok.

Kesimpulan

Epidemiologi adalah komponen yang penting dalam mengetahui fungsi unit kesehatan masyarakat. Epidemiologis menyelidiki epidemi dari penyakit dikenal dan tak dikenal dengan menghitung jumlah kasus dan bagaimana mereka menyebar oleh orang, tempat, dan waktu. Dengan menggunakan informasi ini, mereka seringkali dapat menemukan penyebab yang mungkin dari sebuah penyakit baru atau penyebab sebuah epidemi dari penyakit yang awalnya terkendalikan.
Sebuah pencapaian awal dari epidemiologi adalah dikenalkannya fakta pada abad ke-19 bahwa kolera disebarkan oleh air yang terpolusi. Pada 1993, sebuah metode epidemiologi yang serupa menemukan bahwa air terpolusi telah menyebabkan epidemi crystosporidiosis di Milwaukee. Pendekatan yang sama telah berhasil dalam menghalangi epidemi penyakit disebabkan kontaminasi zat beracun. Metode penyelidikan yang dilakukan departemen kesehatan lokal menyediakan garis depan pertahanan terhadap berbagai penyakit akut. Pengawasan epidemiologi, termasuk kewajiban melaporkan penyakit yang telah dapat dikenali, memberitahu departemen kesehatan lokal bahwa sebuah epidemi telah timbul dalam waktu yang cukup cepat agar ahli-ahli dapat diturunkan untuk menyelidiki dan menagmbil tindakan pencegahan.
Epidemiologi juga menyediakan informasi tentang penyebab penyakit-penyakit kronis. Studi formal jangka panjang tentang penyakit jantung dan paru-paru menyediakan informasi terawal tentang faktor-faktor resiko yang membantu perkembangan penyakit-penyakit ini. Framingham Study, yang telah melacak masyarakat Framingham, Massachussets selama lima dekade, mengidentifikasi tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, dan merokok sebagai faktor resiko untuk penyakit jantung. Dua studi epidemiologi yang dilakukan pada 1950an-satu pada kebiasaan merokok pada doker-dokter Inggris dan studi serupa pada 188.000 pria Amerika- mengindikasikan sebuah hubungan jelas antara merokok dan kanker paru-paru.
Peran epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab penyakit mengarah secara langsung dan tak langsung pada pencegahan dan pengendalian. Pada beberapa kasus, tindakan rutin oleh pemerintah pada tingkat lokal perlu untuk menghilangkan kondisi kesehatan yang menyebabkan penyakit. Kadang-kadang hanya dengan mempublikasikan hasil-hasil dari sebuah studi membuat masyarakat mengubah perilaku mereka untuk menghindari faktor resiko sebuah penyakit. Sebagai contoh, informasi yang diterbitkan pada 1950an tentang hasil dari Framingham Study dan studi-studi tentang merokok dan kanker paru-paru memberikan kontribusi pada menurunnya kebiasaan merokok secara signifikan di Amerika Serikat, diikuti dengan menurunnya angka kematian baik dari penyakit jantung maupun penyakit paru-paru sejak 1950an.

No comments:

Perhatian orang tua pada perkembangan anak

Orang tua dan pengasuh anak-anak harus belajar tanda-tanda yang paling penting yang menunjukkan apakah anak berkembang secara normal. Me...